UAS adalah ulangan yang diberikan kepada murid-murid kelas 1 dan kelas 2 ketika akan menhadapi penghujung dari semester 2 yang berisikan pelajaran-pelajaran yang telah mereka terima ketika masih belajar di semester 2 ini (kelas 3 udah keburu lulus).
UAS sangatlah penting bagi para siswa-siswa tersebut dikarenakan ujian ini penentu bagi orang-orang yang megikiuti ulangan (ujian sama ulangan sama artinya) ini, antara naik kelas atau tetap di kelas yang ia tempati sebelum mengikuti ujian ini. Dalam menentukan naik atau tidaknya seorang murid, ditentukan oleh nilai dari ujian ini, kalau nilainya lulus dari standar yang ditetapkan olh seorang guru atau sekolah maka silahkan orang tersebut untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Tetapi jikalau kurang dari standar yang telah ditetapkan, maka orang tersebut belum beruntung dalam UAS dan harus coba lagi tahun depan. Sebuah kenaikan kelas sangatlah penting bagi siswa, karena selain untuk melanjutkan pendidikannya juga karena untuk mempertahankan eksistensinya dan reputasi seorang siswa di sekolah tersebut. Karena jika tidak naik kelas, maka seakan-akan hidup siswa tersebut telah usai dan rasa ketidak-percayaan dirinya hancur bila bertemu dengan temannya yang telah beruntung dalam mengerjakan ujiannya.
UAS semacam ini juga ada di sekolah Penulis (SMAN 1 Bogor). Dengan cara yang sama untuk menentukan naik-tidaknya seseorang. Hanya saja di sini (sekolah Penulis (SMAN 1 Bogor)) sangat sulit dideskripsikan dan telah menjadi sesuatu yang bersifat sakral bagi eksistensi siswa di sekolah ini. Kenapa sangat sulit dideskripsikan dan sakral?
Pertama,.... Soal-soal yang diajukan dalam ujian ini sangatlah expert, mungkin sejajar dengan soal olimpiade nasional yang hanya diikuti oleh orang-orang terpilih dan memiliki kemampuan expert di dalam otaknya...
Kedua,.... Standar kelulusan untuk setiap pelajaran sama expertnya dengan soal yang ada di dalam UAS ini yang sangatlah expert bagi siswa-siswi biasa di sekolah (expert) ini...
Karena 2 penyebab di atas (sebenarnya lebih dari 2, hanya saja sulit dideskripsikan) sangatlah biasa kalau setiap siswa yang ada di sekolah ini ada pelajaran yang harus diulang/remedial lagi, bahkan jumlahnya kadang gak main-main. Ketika penulis masih SMP, hal remedial juga sudah ada di SMP penulis, hanya yang membedakan hanyalah jumlahnya. Ketika waktu SMP, ada seseorang yang diremedial misalkan 3 maka teman-temannya (mungkin) akan berkata...
"Gila lu banyak amat!!..."
Tetapi disini sangatlah berbeda, di dalam skenario ini maka teman-temannya (sekali lagi mungkin) akan berkata..
"Gila pinter amat lu!!..."
Jadi konklusinya adalah "semua orang yang ada di sekolah ini punya banyak remedial."
Ketika dalam pengumuman daftar "siapa yang remedial", suasana terasa seakan-seakan mau perang apalagi kalau namanya tercantum dalam daftar tersebut, maka perasaan terasa akan tertekan, stress, bingung, kacau, dan gundah, dan semua menjadi satu ketika pengumumann berlangsung. Tetapi jika namanya tidak tercantum, terasa semua persoalan selesai dan perasaan terasa seperti berada di bawah pohon rindang yang sejuk, terasa angin yang bertiup sepoi-sepoi, udara begitu bersih dan suasana begitu damai.
Setelah UAS telah usai, mulailah pekan yang banyak ditunggu-tunggu dan banyak yang dicemaskan, Pekan Remedial. Pekan ini adalah ujian kesempatan kedua bagi orang yang belum beruntung dalam mendapatkan nilai. Kata orang-orang pekan ini disebut "UAS yang sebenarnya" karena dalam mengerjakan ulangan pada pekan ini tidak ada kesempatan ketiga karena pekan inilah kesempatan terakhir bagi orang yang belum beruntung untuk menuntaskan nilainya.
Dalam mengerjakan ujian dalam pekan remedial ini hampir sama dengan suasana UAS yang sangatlah expert bagi rakyar biasa, hanya berbeda pengawasan, jumlah dan waktu dalam ujian tersebut.
Setelah pekan ini selesai, semua perasaan menggantung pada keputusan para guru di sekolah ini, apakah NAIK atau TIDAK? Hal yang dapat menggambarkan suasan tegang seperti ini dapat disamakan dengan suasana ketegangan dalam menentukan kemerdekaan negara Indonesia dalam bayang-bayang penjajah...
UAS semacam ini juga ada di sekolah Penulis (SMAN 1 Bogor). Dengan cara yang sama untuk menentukan naik-tidaknya seseorang. Hanya saja di sini (sekolah Penulis (SMAN 1 Bogor)) sangat sulit dideskripsikan dan telah menjadi sesuatu yang bersifat sakral bagi eksistensi siswa di sekolah ini. Kenapa sangat sulit dideskripsikan dan sakral?
Pertama,.... Soal-soal yang diajukan dalam ujian ini sangatlah expert, mungkin sejajar dengan soal olimpiade nasional yang hanya diikuti oleh orang-orang terpilih dan memiliki kemampuan expert di dalam otaknya...
Kedua,.... Standar kelulusan untuk setiap pelajaran sama expertnya dengan soal yang ada di dalam UAS ini yang sangatlah expert bagi siswa-siswi biasa di sekolah (expert) ini...
Karena 2 penyebab di atas (sebenarnya lebih dari 2, hanya saja sulit dideskripsikan) sangatlah biasa kalau setiap siswa yang ada di sekolah ini ada pelajaran yang harus diulang/remedial lagi, bahkan jumlahnya kadang gak main-main. Ketika penulis masih SMP, hal remedial juga sudah ada di SMP penulis, hanya yang membedakan hanyalah jumlahnya. Ketika waktu SMP, ada seseorang yang diremedial misalkan 3 maka teman-temannya (mungkin) akan berkata...
"Gila lu banyak amat!!..."
Tetapi disini sangatlah berbeda, di dalam skenario ini maka teman-temannya (sekali lagi mungkin) akan berkata..
"Gila pinter amat lu!!..."
Jadi konklusinya adalah "semua orang yang ada di sekolah ini punya banyak remedial."
Ketika dalam pengumuman daftar "siapa yang remedial", suasana terasa seakan-seakan mau perang apalagi kalau namanya tercantum dalam daftar tersebut, maka perasaan terasa akan tertekan, stress, bingung, kacau, dan gundah, dan semua menjadi satu ketika pengumumann berlangsung. Tetapi jika namanya tidak tercantum, terasa semua persoalan selesai dan perasaan terasa seperti berada di bawah pohon rindang yang sejuk, terasa angin yang bertiup sepoi-sepoi, udara begitu bersih dan suasana begitu damai.
Setelah UAS telah usai, mulailah pekan yang banyak ditunggu-tunggu dan banyak yang dicemaskan, Pekan Remedial. Pekan ini adalah ujian kesempatan kedua bagi orang yang belum beruntung dalam mendapatkan nilai. Kata orang-orang pekan ini disebut "UAS yang sebenarnya" karena dalam mengerjakan ulangan pada pekan ini tidak ada kesempatan ketiga karena pekan inilah kesempatan terakhir bagi orang yang belum beruntung untuk menuntaskan nilainya.
Dalam mengerjakan ujian dalam pekan remedial ini hampir sama dengan suasana UAS yang sangatlah expert bagi rakyar biasa, hanya berbeda pengawasan, jumlah dan waktu dalam ujian tersebut.
Setelah pekan ini selesai, semua perasaan menggantung pada keputusan para guru di sekolah ini, apakah NAIK atau TIDAK? Hal yang dapat menggambarkan suasan tegang seperti ini dapat disamakan dengan suasana ketegangan dalam menentukan kemerdekaan negara Indonesia dalam bayang-bayang penjajah...
1 komentar:
sedelapaaann!!! (more than setuju)
Posting Komentar